Dalam lingkungan masyarakat yang masih menumbuh-kuatkan budaya patriarki, perempuan seolah tidak pernah mendapat pengakuan posisi. Dalam budaya patriarki, posisi perempuan selalu menjadi nomor dua dibandingkan dengan laki-laki.
Ratna Dwi Astuti, dalam penelitian tesisnya, melihat hal demikian terjadi di tengah lingkungan budaya yang digambarkan oleh Preeti Shenoy pada novelnya yang berjudul “The Secret Wish”. Novel yang mengangkat isu perempuan di tengah budaya patriarki India ini menempatkan sosok perempuan yang berada dalam penindasan akibat kuatnya kultur patriarki.
Dari hal ini, Ratna Dwi Astuti dalam penelitiannya, melalui bimbingan Dr. Ratna Asmarani, M.Ed., M.Hum., menemukan bentuk-bentuk perlawanan tokoh sebagai perempuan. Dengan dasar sudut pandang resistensi serta feminisme-eksistensial dalam penelitiannya, temuan menunjukkan bahwa tokoh utama melakukan dua bentuk perlawanan, yaitu perlawanan tertutup dan terbuka.
Sebagai anak dan seorang istri, tokoh utama tidak pernah menjadi dirinya yang bebas. Tokoh utama menjadi liyan di tengah keluarganya. Hal yang tampak umum dalam budaya patriarki yang kuat menjadikan tokoh perempuan ini hidup dalam kontrol keluarga dan suami sehingga menjadi suatu bentuk penindasan secara fisik serta psikis.
Berupaya melawan, tokoh utama mengambil keputusan untuk melakukan perlawanan yang mampu menunjukkan suaranya sebagai seorang perempuan. Upaya ini juga adalah cara agar tak lagi menjadi liyan sebagai perempuan.
Keinginan untuk lepas dari status yang-liyan ini coba ditunjukkan oleh tokoh utama perempuan. Transformasi sosial dari seorang perempuan yang dirundung menjadi seorang intelek yang mampu memenuhi mimpi ialah tampilan capaian eksistensi subjek yang lepas dari keliyanannya.
Hasil temuan penelitian Ratna Dwi Astuti tersebut telah diujikan di hadapan para penguji, Dr. Redyanto Noor, M.Hum., Dr Ken Widyatwati, M.Hum., dan Dr. M. Suryadi, M.Hum., pada 6 Februari 2023. (YF)
Komentar Terbaru